Terapi Penyakit Suka Sesama Jenis
Maha Suci Allah Yang telah
setiap makhluk-Nya dengan berpasang-pasangan. Ketentuan ini berlaku pada
seluruh makhluq-Nya, tidak terkecuali berbagai penyakit yang menimpa
manusia.
Tidaklah Allah Ta’ala menciptakan suatu penyakit, melainkan
telah menurunkan pula obatnya.
Sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,
(لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. )
“Setiap
penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu
penyakit, niscaya akan sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla.” (HR.
Muslim)
Dalam setiap proses pengobatan, langkah pertama yang akan
ditempuh oleh dokter atau tenaga medis adalah mengadakan diagnotis.
Diagnotis bertujuan mengetahui penyebab penyakit yang sedang diderita.
Dalam dunia medis moderen, diagnotis dapat ditempuh dengan berbagai
cara, dimulai dari wawancara dengan pasient, hingga dengan test
laboratoris dengan menggunakan tekhnologi canggih.
Dan dalam ilmu
pengobatan yang diajarkan dalam syari’at, Islam telah memudahkan proses
pengobatan dengan cara mengajarkan kepada umatnya hasil diagnotis yang
benar-benar aktual. Allah Ta’ala yang menurunkan penyakit, telah
mengabarkan kepada kita bahwa di antara penyebab datangnya penyakit
adalah perbuatan dosa kita sendiri.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan musibah apapun yang menimpamu, maka itu adalah akibat dari ulah tanganmu sendiri.” (QS. As Syura 30).
Abu
Bilaad yang terlahir dalam keadaan buta bertanya kepada Al ‘Alaa’ bin
Bader, bagaimana penerapan ayat ini pada dirinya, padahal ia menderita
buta mata sejak dalam kandungan ibunya?
Jawaban Al ‘Ala’ bin bader sangat mengejutkan, ia berkata: “Itu adalah akibat dari dosa kedua orang tuamu.”([1])
Singkat
kata, penyakit yang menimpa kita, tidak terkecuali penyakit suka sesama
jenis sangat dimungkinkan adalah akibat dari perbuatan dosa, baik dosa
yang kita lakukan atau yang dilakukan oleh orang-orang yang ada
disekitar kita.
Diagnosa:
Berikut beberapa perbuatan dosa
atau kesalahan yang mungkin pernah dialami oleh orang yang dihinggapi
penyakit suka sesama jenis:
1. Nama yang tidak menunjukkan akan identitas.
Di
antara kewajiban pertama yang harus dilakukan oleh kedua orang tua
ialah memilihkan nama yang bagus untuk anaknya. Bukan sekedar bagus
ketika didengar atau diucapkan. Akan tetapi bagus dari segala
pertimbangan, dari makna, nilai sejarahnya. Di antara pertimbangan nama
yang baik adalah dapat menunjukkan akan identitas, baik identitas agama
ataupun jenis kelamin. Oleh karena itu banyak ulama’ yang mencela
penggunaan nama-nama yang terkesan lembut bagi anak lelaki.
Ibnu
Qayyim berkata, “Ada hubungan keserasian antara nama dan pemiliknya.
Sangat jarang terjadi ketidak serasian antara nama dan pemiliknya. Yang
demikian itu karena setiap kata adalah pertanda akan makna yang
terkandung di dalamnya, dan nama adalah petunjuk akan kepribadian
pemiliknya. Bila engkau merenungkan julukan seseorang, niscaya makna
dari julukan tersebut ada padanya. Sehingga nama yang buruk adalah
pertanda bahwa jiwa pemiliknya adalah buruk. Sebagaimana wajah yang
buruk, pertanda bagi buruknya jiwa seseorang.”([2])
Oleh karena
itu, bila orang yang ditimpa penyakit suka sesama jenis memiliki nama
yang kurang menunjukkan akan jati dirinya, hendaknya segera merubah
namanya, sehingga lebih menunjukkan akan jati dirinya sebagai seorang
lelaki atau wanita.
2. Peranan pakaian dan perhiasan.
Islam
melarang kaum lelaki untuk menyerupai kaum wanita, baik dalam pakaian,
perhiasan, perilaku atau lainnya, dan demikian juga sebaliknya.
لَعَنَ النبي e الْمُخَنَّثِينَ من الرِّجَالِ وَالْمُتَرَجِّلَاتِ من النِّسَاءِ وقال: (أَخْرِجُوهُمْ من بُيُوتِكُمْ). متفق عليه
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknati lelaki yang menyerupai wanita
dan wanita yang menyerupai lelaki, dan beliau bersabda: Usirlah mereka
dari rumah-rumah kalian.” (Muttafaqun’alaih)
Berdasarkan hadits
ini, kaum lelaki dilarang untuk mengenakan pakaian dan perhiasan yang
merupakan ciri khas kaum wanita, dan demikian juga sebaliknya.
Sebagaimana kaum lelaki juga dilarang untuk menyerupai suara, cara
berjalan, dan seluruh gerak-gerik kaum wanita, demikian juga
sebaliknya.([3])
Oleh karena itu diharamkan atas kaum lelaki
untuk mengenakan perhiasan emas dan pakaian yang terbuat dari sutra. Ini
semua karena kedua hal itu merupakan perhiasan yang dikhususkan untuk
kaum wanita.
(حرم لباس الحرير والذهب على ذكور أمتي وأحل لأناثهم) رواه الترمذي والنسائي وصححه الألباني
“Diharamkan
pakaian sutra dan perhiasan emas atas kaum lelaki dari umatku dan
dihalalkan atas kaum wanita mereka” (HR. At Tirmizy, An Nasa’i dan
dishohihkan oleh Al Albani)
Para ulama’ menjelaskan hikmah dari
larangan ini, bahwa perhiasan emas dan pakaian sutra dapat mempengarui
kepribadian lelaki yang mengenakannya. Bahkan Ibnul Qayyim menyatakan
bahwa biasanya orang yang mengenakan perhiasan emas atau pakaian sutra
memiliki perilaku yang menyerupai perilaku kaum wanita. Kedua hal ini
akan terus menerus melunturkan kejantanan lelaki yang mengenakannya,
hingga pada akhirnya akan menjadi sirna, dan berubah menjadi kebancian.
Oleh karena itu, pendapat yang lebih benar adalah: diharamkan atas orang
tua untuk mengenakan kepada anak lelakinya perhiasan emas atau pakaian
sutra, agar kejantanan anak tersebut tidak terkikis.([4])
Bukan hanya sebatas dalam penampilan belaka, bahkan ketika sedang sholat pun kaum lelaki dilarang untuk menyerupai wanita.
(يا
أَيُّهَا الناس ما لَكُمْ حين نَابَكُمْ شَيْءٌ في الصَّلَاةِ أَخَذْتُمْ
في التَّصْفِيقِ إنما التَّصْفِيقُ لِلنِّسَاءِ من نَابَهُ شَيْءٌ في
صَلاتِهِ فَلْيَقُلْ سُبْحَانَ اللَّهِ) متفق عليه
“Wahai
sahabatku, mengapa ketika mendapatkan sesuatu ketika sedang sholat
kalian bertepuk tangan. Sesungguhnya tepuk tangan hanya dibolehkan bagi
kaum wanita. Barang siapa (dari kaum lelaki) mendapatkan sesuatu ketika
sedang sholat, hendaknya ia mengucapkan : “Subhanallah”.” (Muttafaqun
‘alaih)
Syari’at untuk membedakan diri dari lawan jenis ini juga
ditekankan kepada kaum wanita, sehingga mereka dilarang melakukan
hal-hal yang menyerupai kaum lelaki dan dianjurkan untuk melakukan
hal-hal yang selaras dengan kewanitaannya. Di antara hal yang dapat
menunjukkan identitas kewanitaan seseorang ialah dengan cara merubah
warna kuku jari jemarinya dengan hinna’.
عن عَائِشَةَ رضي الله
عنها قالت: مَدَّتِ امْرَأَةٌ من وَرَاءِ السِّتْرِ بِيَدِهَا كِتَاباً إلى
رسول اللَّهِ e، فَقَبَضَ النبي e يَدَهُ، وقال: (ما أَدْرِى أَيَدُ
رَجُلٍ أو أيد امْرَأَةٍ) فقالت: بَلِ امْرَأَةٌ . فقال: (لو كُنْتِ
امْرَأَةً، غَيَّرْتِ أَظْفَارَكِ بِالْحِنَّاءِ).
Sahabat ‘Aisyah
radhiallahu ‘anha mengisahkan: ada seorang wanita yang dari balik tabir
menyodorkan secarik surat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Maka Nabi pun memegang tangannya, dan beliau bersabda: “Aku
tidak tahu, apakah ini tangan seorang lelaki atau wanita?” Wanita itu
pun berkata: Ini adalah tangan wanita. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Andai engkau adalah benar-benar wanita,
niscaya engkau telah mewarnai kukumu dengan hinna’.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, An Nasa’i dan dihasankan oleh Al Albani)
3. Peranan Makanan Haram.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa perangai dan kepribadian setiap manusia
terpengaruh dengan jenis makanan yang ia konsumsi. Oleh karena itu,
tidak heran bila orang yang memakan daging onta disyari’atkan untuk
berwudlu, guna menghilangkan pengaruh buruk daging yang ia makan.
عن
جَابِرِ بن سَمُرَةَ t أَنَّ رَجُلا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ e،
أَأَتَوَضَّأُ من لُحُومِ الْغَنَمِ؟ قال: (إن شِئْتَ فَتَوَضَّأْ، وَإِنْ
شِئْتَ فلا تَوَضَّأْ) قال: أَتَوَضَّأُ من لُحُومِ الإِبِلِ؟ قال: (نعم،
فَتَوَضَّأْ من لُحُومِ الإِبِلِ). رواه مسلم
“Diriwayatkan dari
Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu, ia mengisahkan: Ada seorang
laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Apakah kita diwajibkan berwudlu karena memakan daging kambing? Beliau
menjawab: Engkau boleh berwudlu, dan juga boleh untuk tidak berwudlu”.
Lelaki itu kembali bertanya: Apakah kita wajib berwudlu karena memakan
daging onta? Beliau menjawab: “Ya, berwudlulah engkau karena memakan
daging onta.” Riwayat Muslim.
Ibnu Taimiyyah berkata: “Orang yang
berwudlu seusai memakan daging onta akan terhindar dari pengaruh sifat
hasad dan berjiwa kaku yang biasa menimpa orang yang hobi memakannya,
sebagaimana yang dialami oleh orang-orang pedalaman. Ia akan terhindar
dari perangai hasad dan berjiwa kaku yang disebutkan oleh Nabi
shallallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits riwayat Imam Bukhary dan
Muslim:
(إن الغلظة وقسوة القلوب فى الفدادين أصحاب الإبل وإن السكينة فى أهل الغنم)
“Sesungguhnya
perangai kasar dan berjiwa kaku biasanya ada pada orang-orang pedalaman
, para pemelihara onta, dan lemah-lembut biasanya ada pada para
pemelihara kambing.”([5])
Bila demikian adanya, maka tidak
diragukan lagi bahwa makanan yang nyata-nyata haram memiliki pengaruh
buruk pada diri dan kepribadian pemakannya.
Dan di antara makanan
haram yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, sehingga
dijangkiti penyakit suka sesama jenis ialah daging babi dan keledai.
Ibnu Sirin berkata, “Tidaklah ada binatang yang melakukan perilaku kaum Nabi Luth selain babi dan keledai.” ([6])
Bila
seseorang membiasakan dirinya dan juga keluarganya memakan daging babi
atau keledai, lambat laun, berbagai perangai buruk kedua binatang ini
dapat menular kepadanya.
4. Peranan pergaulan & pendidikan.
Setiap
kita pasti memiliki pengalaman tersendiri tentang peranan pergaulan
dalam pembentukan jati diri dan perangainya. Sedikit banyak, cara pikir
dan kesukaan kita terpengaruh oleh keluarga, teman bergaul atau
masyarakat sekitar. Oleh karena itu, jauh-jauh hari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita agar memilihkan kawan
yang baik untuk anak-anak kita, sehingga terpengaruh oleh kebaikan
mereka dan terhindar dari pengaruh buruknya.
عن أبي هريرة رضي
الله عنه أنه كان يقول: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : (ما من مولود
إلا يولد على الفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه، كما تنتج البهيمة
بهيمة جمعاء، هل تحسون فيها من جدعاء) متفق عليه
“Dari sahabat Abu
Hurairah rodiallahu’anhu, ia menuturkan: Rasulullah
shollallahu’alaihiwasallam bersabda: Tidaklah ada seorang yang
dilahirkan melainkan dilahirkan dalam keadaan fitrah (muslim) maka kedua
orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, atau nasrani, atau majusi.
Perumpamaannya bagaikan seekor binatang yang dilahirkan dalam keadaan
utuh anggota badannya, nah apakah kalian mendapatkan padanya hidung yang
dipotong?” (Muttafaqun ‘alaih)
Sebagaimana Islam juga mengajarkan kita agar mulai memisahkan tempat tidur anak laki-laki dari tempat tidur anak wanita.
(مُرُوا
أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ
عليها وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ في الْمَضَاجِعِ)
“Perintahlah
anak-anakmu untuk mendirikan sholat ketika mereka telah berumur tujuk
tahun, dan pukullan bila enggan mendirikan sholat ketika telah berumur
sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud dan
dishohihkan oleh Al Albany)
Pemisahan tempat tidur anak laki-laki
dari tempat tidur anak wanita dapat menumbuhkan kesadaran pada
masing-masing mereka tentang jati dirinya. Sehingga anak laki-laki mulai
menyadari bahwa dirinya berlawanan jenis dengan saudarinya, demikian
juga halnya dengan anak wanita. Dan sejalan dengan perjalanan waktu
yang disertai pendidikan yang baik, masing-masing dari mereka akan
menjadi manusia yang berkepribadian lurus lagi luhur.
Di antara
hal yang dapat memupuk subur jati diri anak-anak kita adalah dengan
membedakan jenis permainan mereka. Melalui sarana permainan yang terarah
dan mendidik, kita dapat menumbuhkan kesadaran pada masing-masing anak
tentang jati dirinya. Di antara permainan yang dapat memupuk subur
kepribadian anak wanita adalah boneka.
(كنت أَلْعَبُ بِالْبَنَاتِ في بَيْتِهِ وَهُنَّ اللُّعَبُ) متفق عليه
“Dahulu aku bermain boneka anak-anak di rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Muttafaqun ‘alaih)
Para
ulama’ menyatakan bahwa izin membuatkan boneka untuk anak-anak wanita
yang masih kecil ini merupakan keringanan atau pengecualian dari
dalil-dalil umum yang melarang kita dari membuat patung. Melalui sarana
permainan ini, diharapkan anak-anak wanita kita mulai memahami jati
dirinya dan juga peranan yang harus mereka lakukan, kelak ketika telah
dewasa dan berkeluarga([7]) .
Dengan demikian, pergaulan, dan
pendidikan memiliki peranan besar dalam pembentukan karakter dan cara
pandang anak-anak kita. Sehingga kesalahan dalam pendidikan dan
pergaulan dapat mengakibatkan hal-hal yang kurang terpuji di kemudian
hari.
Pengobatan:
Bila melalui diagnosa di atas, kita
dapat menemukan penyebab datangnya penyakit yang kita derita, maka
pengobatan pertama yang harus dilakukan ialah dengan membenahi kesalahan
dan bertobat dari kekhilafan.
Langkah kedua: Berdoa kepada Allah.
Saudaraku,
ketahuilah bahwa perbuatan dosa dan khilaf dapat terjadi karena kita
menuruti bisikan kotor, baik bisikan yang datang dari iblis atau dari
jiwa yang tidak suci. Oleh karena itu, dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam senantiasa memohon agar dikaruniai hati yang suci dan
dijauhkan dari perilaku yang buruk :
(اللهم آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أنت خَيْرُ من زَكَّاهَا) رواه مسلم
“Ya
Allah, limpahkanlah ketaqwaan kepada jiwaku dan sucikanlah. Engkau
adalah sebaik-baik Dzat Yang Mensucikan jiwaku.” (HR. Muslim). Dan pada
kesempatan lain, beliau berdoa:
(اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلاَقِ وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاءِ). رواه الترمذي والحاكم والطبراني
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari akhlaq, amalan, dan hawa nafsu yang buruk.” (HR. At Tirmizy, Al Hakim, dan At Thabrani)
Mungkin
ini salah satu hikmah mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memohonkan kesucian batin (hati) untuk seorang pemuda yang datang kepada
beliau guna memohon izin untuk berzina:
“Sahabat Abu Umamah
radhiyallahu ‘anhu, ia mengisahkan: “Ada seorang pemuda yang datang
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu ia berkata: Ya
Rasulullah! “Izinkanlah aku berzina.” Spontan seluruh sahabat yang
hadir, menoleh dan menghardiknya, sambil berkata kepadanya: Apa-apaan
ini! Mendengar ucapan sahabatnya itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Mendekatlah”. Pemuda itu pun mendekat kepada beliau,
lalu ia duduk. Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
besabda kepadanya: “Apakah engkau suka bila perbuatan zina menimpa
ibumu? Pemuda itu menjawab: Tidak, sungguh demi Allah. Semoga aku
menjadi tebusanmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa ibu-ibu mereka……
Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan
tangannya di dada pemuda tersebut, lalu berdoa: “Ya Allah, ampunilah
dosanya, sucikanlah hatinya, dan lindungilah kemaluannya.” Sejak hari
itu, pemuda tersebut tidak pernah menoleh ke sesuatu hal (tidak pernah
memiliki keinginan untuk berbuat serong). ” (HR. Ahmad, At Thabrani, Al
Baihaqy dan dishahihkan oleh Al Albany)
Saudaraku, mohonlah
kepada Allah agar jiwa anda disucikan, dan perangai anda diluruskan.
Yakinlah bahwa bila anda bersungguh-sungguh dalam berdoa, terlebih-lebih
ketika sedang sujud dan pada sepertiga akhir malam, pasti Allah akan
mengabulkan.
(يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ ما لم يَعْجَل، يقول: دَعَوْتُ فلم يُسْتَجَبْ لي). متفق عليه
“Doa
kalian pasti akan dikabulkan, selama ia tidak terburu-buru, yaitu
dengan berkata: aku telah berdoa, akan tetapi tidak kunjung dikabulkan.”
Muttafaqun ‘alaih
Langkah ketiga: Melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan jenis kelamin kita.
Di
antara cara yang dapat kita tempuh untuk memupuk subur jati diri kita
ialah dengan melakukan kegiatan yang selaras dengan diri kita. Misalnya
dengan mengasuh anak kecil (keponakan, adik, atau lainnya), memasak,
berdandan, menjahit, membuat karangan bunga, bagi kaum wanita. Atau
mencangkul, olah raga angkat besi, bela diri, bertukang kayu, berenang,
bagi kaum lelaki.
Dan hendaknya kita menjauhi segala perbuatan dan perilaku yang biasa dilakukan oleh lawan jenis.
Langkah keempat: Terapi hormon.
Salah
satu metode pengobatan yang sekarang dikenal masyarakat adalah dengan
terapi hormon. Oleh karena itu, tidak ada salahnya bila orang yang
menderita penyakit suka sesama jenis mencoba pengobatan dengan cara ini.
Akan
tetapi sebelum ia mencoba terapi ini, seyogyanya ia terlebih dahulu
berkonsultasi kepada tenaga medis yang berkompeten dalam hal ini, guna
mengetahui sejauh mana kegunaannya dan juga meyakinkan bahwa pada
seluruh prosesnya tidak terdapat hal-hal yang diharamkan atau melanggar
syari’at.
Langkah Kelima: Besarkan Harapan dan kobarkan semangat.
Sebagaimana
telah diisyaratkan di atas, bahwa masing-masing kita terlahir ke dunia
dalam keadaan normal dan berjiwa suci, hanya karena pengaruh dunia
luarlah kita mengalami perubahan.
(وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عن دِينِهِمْ) رواه مسلم
“Allah
Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi: Sesungguhnya Aku telah menciptakan
seluruh hamba-Ku dalam keadaan lurus lagi suci, kemudian mereka
didatangi oleh syetan dan kemudian syetanlah yang menyesatkan mereka
dari agamanya.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu, hendaknya kita
senantiasa membesarkan harapan dan optimis bahwa segala penyakit yang
kita derita dapat disembuhkan. Yakinlah bahwa penyakit yang kita derita
adalah salah satu akibat dari ulah dan godaan syetan. Syetanlah yang
telah menodai kesucian jiwa kita. Oleh karena itu, besarkan harapan,
bulatkanlah tekad dan kobarkanlah semangat untuk merebut kembali
kesucian jiwa kita dari belenggu syetan.
Saudaraku, ketahuilah,
bahwa membaca Al Qur’an dengan khusyu’ dan penuh penghayatan adalah
senjata yang paling ampuh untuk menghancurkan perangkap syetan.
Dan
di antara metode untuk menghindari perangkap syetan ialah dengan
senantiasa menghadiri majlis-majlis ilmu, dan berusaha untuk senantiasa
berada bersama-sama dengan sahabat yang baik.
(إن الشيطان مع الواحد ، و هو من الاثنين أبعد) رواه أحمد وابن ماجة وصححه الألباني
“Sesungguhnya
syetan itu bersama orang yang menyendiri, sedangkan ia akan menjauh
dari dua orang.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Al Albani)
Semoga
pemaparan singkat ini, dapat bermanfaat bagi kita semua, dan semoga
Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan kesucian jiwa dan keluhuran budi
pekerti kepada kita. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Wallahu a’alam bisshowab.
Penulis: Ustadz Muhammad Arifin Baderi, MA
Artikel: muslim[dot]or[dot]id